Jumat, 25 Oktober 2013

PMK No.145/PMK.04/2007 Kepabeanan Di Bidang Ekspor

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI  KEUANGAN REPUBLIK
NOMOR 145/PMK.04/2007
TENTANG
KETENTUAN KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR
MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : Bahwa  dalam  rangka  melaksanakan  Pasal  11  A ayat  (7)Undang-Undang  Nomor  10  Tahun 1995  tentang Kepabeanansebagaimana
telah  diubah  dengan  Undang-Undang  Nomor  17  Tahun  2006,  perlu
menetapkan  Peraturan  Menteri  Keuangan   tentang  Ketentuan
Kepabeanan Di Bidang Ekspor;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara  Perpajakan  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun
1983  Nomor  49,  Tambahan  Lembaran  Negara  Nomor  3262)
sebagaimana  telah  beberapa  kali  diubah  terakhir  dengan  Undang-Undang  Nomor 28  Tahun  2007  (Lembaran  Negara  Republik
Indonesia  Tahun  2007  Nomor 85,  Tambahan  Lembaran  Negara
Nomor4740);
2. Undang-Undang  Nomor  8  Tahun  1983  tentang  Pajak  Pertambahan
Nilai  Barang  dan  Jasa  dan  Pajak  Penjualan  atas  Barang  Mewah
(Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1983  Nomor  51,
Tambahan  Lembaran  Negara  Nomor  3264)  sebagaimana  telah
diubah  terakhir  dengan  Undang-Undang  Nomor  18  Tahun  2000
(Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2000  Nomor  128,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3986);
3. Undang-Undang  Nomor  10  Tahun  1995  tentang  Kepabeanan
(Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1995  Nomor  75,
Tambahan  Lembaran  Negara  Tahun  1995  Nomor  3612)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun
2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);
4. Undang-Undang  Nomor  11  Tahun  1995  tentang  Cukai  (Lembaran
Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1995  Nomor  76,  Tambahan
Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3613);
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan
(Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1997  Nomor  18,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3674);
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan  Pajak  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1997
Nomor  43,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor
3687);
7. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN  MENTERI  KEUANGAN  TENTANG
KETENTUAN KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:
1. Undang-Undang  Kepabeanan  adalah Undang-Undang  Nomor  10  Tahun  1995
tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2006.
2. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
3. Eksportir adalah orang yangmelakukan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah
pabean.
4. Pemberitahuan  pabean  ekspor  adalah  pernyataan  yang  dibuat  oleh  orang  dalam
rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan dibidang ekspor dalam bentuk tulisan
di atas formulir atau data elektronik.
5. Kawasan  pabean  adalah  kawasan  dengan  batas-batas  tertentu  di  pelabuhan  laut,
bandar  udara,  atau  tempat  lain  yang  ditetapkan  untuk  lalu-lintas  barang  yang
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
6. Barang ekspor adalah barang yang dikeluarkan dari daerah pabean.
7. Bea  keluar  adalah  pungutannegara  berdasarkan  Undang-Undang  Kepabeanan
yang dikenakan terhadap barang ekspor.
8. Kemudahan  Impor Tujuan  Ekspor  (KITE)  adalah  pemberian  pembebasan  dan/atau
pengembalian  bea  masuk  (BM)  dan/atau  cukai  serta  PPN  dan  PPnBM  tidak
dipungut  atas  impor  barang  dan/atau  bahan  untuk  diolah,  dirakit,  atau  dipasang
pada barang lain yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
9. Surat  Tanda  Bukti  Setor  (STBS)  adalah  tanda  bukti  pembayaran/penyetoran  bea
keluar yang dikeluarkan oleh kantor pabean, bank devisa, atau kantor pos persepsi.
10. Konsolidator barang ekspor adalah badan usaha yang melaksanakan pengumpulan
(konsolidasi) barang ekspor sebelum barang-barang ekspor tersebut dimasukkan ke
kawasan pabeanuntuk dimuat ke atas sarana pengangkut.
11. Pemberitahuan  Konsolidasi  Barang  Ekspor  (PKBE)  adalah  pemberitahuan  barang
ekspor konsolidasi yang dibuat oleh konsolidator atau eksportir atau eksportir dalam
satu  kelompok  perusahaan  yang  berisi  rincian  seluruh  dokumen  pemberitahuan
pabean ekspor serta persetujuan barang ekspor yang ada dalam satu kontainer.
12. Penyampaian  pemberitahuan melalui  media  elektronik  adalah  penyampaian
pemberitahuan  pabean  dengan  mempergunakan  media  disket  atau  melalui
pertukaran  data  elektronik  secara  langsung  sesuai  standar  yang  ditetapkan  dan
berdasarkan  kesepakatan  antara  eksportir  dengan  Direktur  Jenderal  atau  pejabat
yang ditunjuknya.
13. Kantor  pabean  adalah  kantor  pelayanan  bea  dan  cukai  tempat  dipenuhinya
kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan undang-undang kepabeanan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
15. Pejabatbea  dan  cukai adalah  pegawai  Direktorat  Jenderal  Bea  dan  Cukai  yang
ditunjuk  dalam  jabatan  tertentu  untuk  melaksanakan  tugas  tertentu  berdasarkan
Undang-Undang Kepabeanan.
16. Sistem  komputer  pelayanan  adalah  sistem  komputer  yangdigunakan  oleh  kantor
pabean dalam rangka pengawasan dan pelayanan kepabeanan.
BAB II
PEMBERITAHUAN PABEAN EKSPOR
Pasal 2
(1) Barang  yang  akan  diekspor wajib  diberitahukan  ke  kantor  pabean  dengan
menggunakan pemberitahuan pabean ekspor.
(2) Pemberitahuan pabean ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
oleh  eksportir/kuasanya  ke  kantor  pabean  pemuatan paling  cepat  7  (tujuh)  hari
sebelum tanggal perkiraan eksporpaling lambat sebelum dimasukkan ke Kawasan
Pabean.
(3) Atas ekspor barang curah,pemberitahuan pabean ekspor sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dapat disampaikan sebelum keberangkatan sarana pengangkut.
(4) Terhadap  barang  ekspor  yang  dikenakan  bea  keluar,  pemberitahuan  pabean
ekspor disampaikan setelah pembayaran bea keluar .
(5) Pemberitahuan  pabean  ekspor  dapat  disampaikan  dalam  bentuk  tulisan  diatas
formulir atau data elektronik
Pasal 3
Eksportir  wajib  mengisi  pemberitahuan  pabean  ekspor  dengan  lengkap  dan  benar,  dan
bertanggung  jawab  atas  kebenaran  data  yang  diberitahukan  dalam  pemberitahuan
pabean ekspor.
Pasal 4
Barang  yang  diberitahukan  dengan  pemberitahuan  pabean  ekspor  sebagaimana
dimaksud  dalam  Pasal  2  ayat  (1),  dan telah  dimuat  ke  sarana  pengangkut  yang  akan
berangkat  ke  luar  daerah  pabean,  dianggap  telah  diekspor  dan  diperlakukan  sebagai
barang ekspor.
Pasal 5
Pemberitahuan pabean ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tidak wajib
atas ekspor:
a. barang pribadi penumpang;
b. barang awak sarana pengangkut;
c. barang pelintas batas;
d. barang kiriman  melalui  PT (Persero)  Pos Indonesia  dengan  berat  tidak melebihi  100
(seratus) kilogram.
Pasal 6
(1) Sebelum  barang  ekspor  dimuat  ke  dalam  sarana  pengangkut,  eksportir  atau
konsolidator dapat melakukan konsolidasitehadap barang ekspor.
(2) Konsolidasi  barang  ekspor  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dilakukan di  luar
kawasan pabean.
(3) Barang eksporhasilkonsolidasi, pada saat pemasukannya ke kawasan pabean, wajib
diberitahukan  oleh  konsolidator  atau  eksportir  ke  kantor  pabean  dengan
menggunakan PKBE.
(4) Dalam  hal  konsolidasiterhadap barangekspor dilakukan  oleh  beberapa  eksportir
dalam satu kelompok perusahaan, PKBE disampaikan oleh salah satu eksportir.
BAB III
PEMERIKSAAN PABEAN
Pasal 7
(1) Terhadap barang ekspor dilakukan penelitian dokumen.
(2) Penelitian  dokumen  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1),  dilakukan  oleh sistem
aplikasi  pelayanan  dan/atau  pejabat  bea  dan  cukai,  setelah  pemberitahuan  pabean
ekspor diajukan ke kantor pabean.
(3) Penelitian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi:
a. kebenaran dan kelengkapan pengisian data pemberitahuan pabean ekspor;
b. kelengkapan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan;
c. kebenaran  perhitungan  bea  keluar  yang  tercantum  dalam  bukti  pelunasan  bea
keluar dalam hal barang ekspor terkena bea keluar; dan
d. pemenuhan ketentuan umum di bidang ekspor.
(4) Dokumen  pelengkap  pabean  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (3)huruf  b,hurufc
danhurufdadalahberupa:
a.invoice, packing list dan dokumen pelengkap lainnya yang diwajibkan sebagai
pemenuhan ketentuan umum dibidang ekspor; dan/atau
b. STBS dalam hal barang ekspor terkena bea keluar;
Pasal 8
(1) Dalam  hal  tertentu,  pejabat  bea  dan  cukai melakukan  pemeriksaan fisik  atas  barang
ekspor.
(2) Pemeriksaan fisik barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap:
a. barang ekspor yangakan diimpor kembali;
b. barang ekspor yangpada saat impornya ditujukan untuk diekspor kembali;
c. barang ekspor yangmendapat fasilitas KITE;
d. barang ekspor yangdikenai bea keluar;
e. barang ekspor yangberdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak; atau
f. barang ekspor yangberdasarkan hasil analisis informasi lainnya terdapat indikasi
yang  kuat  akan  terjadi  pelanggaran  atau  telah  terjadi  pelanggaran  ketentuan
perundang-undangan.
(3) Pemeriksaan  fisik  barang  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2)  dilakukan  secara
selektif terhadap:
a. barang  ekspor  yangmendapat  fasilitas  KITE  dengan  skema  pembebasan  bea
masuk dan/atau cukai; atau
b. barang ekspor yangdikenai bea keluar.
(4) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat(3) dapat dilaksanakan
di  kawasan  pabean,  gudang  eksportir,  atau  tempat  lain  yang  digunakan  eksportir
untuk menyimpan barang ekspor.
Pasal 9
 (1) Terhadap eksportir tertentu yang atas barang ekspornya:
a. mendapat fasilitas  KITE dengan skema  pembebasan  bea  masuk  dan/atau  cukai;
atau
b. dikenai bea keluar,
tidak dilakukan pemeriksaan fisik.
(2)  Penetapan  eksportir  tertentu  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  ditetapkan  oleh
Direktur  Jenderal  atau  pejabat  bea  dan  cukai  yang  ditunjuk,  dengan  memperhatikan
reputasi eksportiryaitu :
a. tidak  pernah  melanggar  ketentuan  kepabeanan  dan  cukai  yang  dikenai  sanksi
administrasi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir;
b. tidak mempunyai tunggakan hutang bea masuk, bea keluar, cukai, dan pajak;
c. telah menyelenggarakan pembukuan sesuai Undang-Undang Kepabeanan;dan
d. telah memperoleh rekomendasi dari Direktorat Jenderal Pajak sebagai wajib pajak
patuh.
(3) Terhadap  eksportir  yang  berstatus  sebagai  importir  jalur  prioritas  atau  importir  lain
yang  mendapat  status  yang  dipersamakan  dengan  importir  jalur  prioritas,
diperlakukan sebagai eksportir tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Ketentuan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  tidak  berlaku  dalam  hal  terdapat
indikasi yang kuat akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi pelanggaran ketentuan
perundang-undangan.
BAB IV
PEMASUKAN BARANG EKSPOR KE KAWASAN PABEAN
Pasal 10
Pemasukan  barang  ekspor  ke  kawasan  pabean  atau  tempat  penimbunan  sementara
dilakukan  setelah  mendapat  persetujuan  dari  pejabat bea  dan  cukaidan/atau  sistem
komputer pelayanan.
BAB V
PEMUATAN BARANG EKSPOR DAN REKONSILIASI
Pasal 11
(1) Pemuatan  barang  ekspor  ke  dalam  sarana  pengangkut  dilaksanakan  setelah
mendapat  persetujuan  dari  pejabatbea  dan  cukai dan/atau  sistem  komputer
pelayanan.
(2) Persetujuan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1),  diberikan  setelah  dilakukan
penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik barang
Pasal 12
(1) Barang yang telah diberitahukan untuk diekspor, sementara menunggu pemuatannya,
dapat ditimbun di tempat penimbunan sementara atau tempat lain dengan izin kepala
kantor pabean.
(2) Pemuatan barang ekspor dilakukan di kawasan pabean atau dalam hal tertentu dapat
dimuat di tempat lain dengan izin kepala kantor pabean.
Pasal 13
(1)Terhadap  pemberitahuan  pabean  ekspor  yang  telah  disampaikan  sebagaimana
dimaksud  dalam  Pasal  2  ayat  (1),  dilakukan  rekonsiliasi  dengan  pemberitahuan
pabean keberangkatan sarana pengangkut.
(2)Rekonsiliasi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dilakukan  dengan  mencocokkan
beberapa  elemen  data  dalam  dokumen  pemberitahuan  pabean  ekspor  yang
didaftarkan dengan  pemberitahuan pabean keberangkatan sarana pengangkut.
(3) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat atau sistem
komputer pelayanan.
BAB VI
PEMBATALAN DAN PEMBETULAN DATA
PEMBERITAHUANEKSPORBARANG
Pasal 14
(1) Barang  yang  telah  diberitahukan  untuk  diekspor  dan  telah  mendapatkan  nomor
pendaftaran pemberitahuan pabean ekspor dapat dibatalkan ekspornya.
(2) Terhadap  pembatalan  eksporsebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1),  eksportir  wajib
melaporkan  kepada  pejabat  bea  dan  cukai di  kantor  pabean  pemuatan, dalam
jangka waktu 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak keberangkatan sarana pengangkut
yang tercantum dalam pemberitahuan pabean.
(3) Terhadap  barang  yang  dibatalkan  ekspornya  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)
tidak dilakukan  pemeriksaan  fisik,  kecuali  barang  ekspor  yang  berdasarkan  hasil
analisis  informasi  terdapat  indikasi  yang  kuat  akan  atau  telah  terjadi  pelanggaran
ketentuan kepabeanan di bidang ekspor.
Pasal 15
(1) Dalam  hal  terjadi  kesalahan, eksportir  dapat  melakukan  pembetulan  data
pemberitahuan pabean ekspor yang telah didaftarkan, setelah mendapat persetujuan
dari kepala kantor pabean atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Pembetulan  data  pemberitahuan  pabean  eksporsebagaimana  dimaksud  pada  ayat
(1) yang menyangkut jenis, jumlah, nomor kontainer, jenis valuta, dan/atau nilai FOB
barang, dapat dilayani sebelum barang masuk ke kawasan pabean, kecuali dalam hal:
a. short shipment, paling lama 3 (tiga) hari sejak keberangkatan sarana pengangkut;
atau
b. ekspor  barang  dengan  karakteristik  tertentu,  paling  lama  60  (enam  puluh)  hari
sejak keberangkatan sarana pengangkut.
PASAL 16
(1) Terhadap  kesalahan  pemberitahuanpabean ekspor  berupa jenis/  kategori  ekspor,
dan/atau jenis fasilitas yang diminta, tidak dapat dilakukan perubahan.
(2) Atas kesalahan sebagaimana  dimaksud pada ayat (1),  eksportir  dapat melakukan
pembatalan pemberitahuan pabean ekspor.
(3) Terhadap  pembatalan  pemberitahuan  pabean  ekspor  sebagaimana  dimaksud
pada  ayat  (2),  eksportir  dapat  mengajukan  pemberitahuan  pabean  ekspor  yang
baru sepanjang barang belum dimuat ke dalam sarana pengangkut.
Pasal 17
Pembetulan  data  pemberitahuan  pabean  ekspor  selain  kesalahan  sebagaimana
dimaksud dalamPasal 15 ayat (1) dan/atau pasal 16 ayat (1) dapat dilayani paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak pemberitahuan pabean ekspor diberitahukan.
BAB VII
SANKSI
Pasal 18
(1) Setiap  orangyang  tidak  melaporkan  pembatalan  ekspornya  sebagaimana  dimaksud
dalam  Pasal  14  ayat  (2),  dikenai  sanksi  administrasi  berupa  denda  sebesar
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
(2) Setiap  orang yang  salah  memberitahukan  jenis  dan/atau  jumlah  barang  dalam
pemberitahuan pabean atas ekspor yang mengakibatkan tidak terpenuhinya pungutan
negara  di  bidang  ekspor,  dikenai  sanksi  administrasi berupa  denda  paling  sedikit
100%  (seratus  persen)  dari  pungutan  negara  di  bidang  ekspor  yang  kurang  dibayar
dan  paling  banyak  1.000%  (seribu  persen)  dari  pungutan  negara  di  bidang  ekspor
yang kurang dibayar.
(3) Setiap orangyang :
a. mengekspor barang tanpa menyerahkan pemberitahuan pabean;
b. dengan  sengaja  memberitahukan  jenis  dan/atau  jumlah  barang  dalam
pemberitahuan  pabean  secara  salah  yang  mengakibatkan  tidak  terpenuhinya
pungutan negara di bidang ekspor;
c. memuat  barang  ekspor  di  luar  kawasan  pabean  tanpa  izin  kepala  kantor
pabean;
d. membongkar  barang  ekspor  di  dalam  daerah  pabean  tanpa  izin  kepala  kantor
pabean;
dipidana  penjara  paling  singkat  1  (satu)  tahun  dan  pidana  penjara  paling  lama  10
(sepuluh)  tahun  dan  denda  paling  sedikit  Rp.  50.000.000,00  (lima  puluh  juta  rupiah)
dan denda paling banyakRp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 19
Eksportir  wajib  menyimpan  datapemberitahuan  ekspor  barang  yang  telah  didaftarkan
dalam media elektronik dan atau hasil cetakpemberitahuan ekspor barang serta lembar
asli dokumen pelengkap pabean sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 ayat (3) selama
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanya di Indonesia.
BAB VIII
PENUTUP
Pasal 20
Pada saatPeraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku,Keputusan Menteri Keuangan
Nomor557/KMK.04/2002tentang Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Ekspor dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 21
Ketentuan  teknis  yang  diperlukan  dalam  pelaksanaanPeraturan  Menteri  Keuangan  ini
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal.
Pasal22
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 15 Desember 2007.
Agar  setiap  orang  mengetahuinya,  memerintahkan pengumuman  Keputusan  Menteri
Keuangan ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 November 2007
Menteri Keuangan
ttd,-SRI MULYANI INDRAWATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar